• Home
  • Jadwal & Hasil
  • Real Madrid dan Manchester City Menyajikan Spektakel Sepak Bola — dan Mengapa Xabi Alonso Tidak Pantas Dipecat

Real Madrid vs Manchester City telah menjadi rivalitas utama era modern Liga Champions. Namun pertemuan musim ini hadir dalam situasi berbeda: kedua klub berada di fase transformasi, kedua pelatih mencari keseimbangan baru, dan kedua skuad terpukul oleh cedera pada momen paling krusial.

Pep Guardiola sudah dua tahun merombak struktur City — bergerak menjauh dari permainan posisi berbasis penguasaan bola menuju model yang lebih vertikal dan dinamis. Xabi Alonso melakukan hal yang bahkan lebih besar: membentuk Madrid menjadi tim modern dengan pressing terstruktur, mirip Leverkusen asuhannya.

Laga ini bukan sekadar pertandingan — melainkan tes tekanan. Siapa yang lebih matang? Siapa yang mampu bertahan tanpa pemain kunci? Dan ide sepak bola siapa yang tetap stabil saat pertandingan menjadi liar?

Untuk saat ini: City.
Namun Madrid sama sekali tidak runtuh.


Krisis Cedera Madrid: Lini Belakang yang Bertahan dengan Segala Cara

Real Madrid memasuki laga dengan krisis cedera yang akan membuat klub mana pun kesulitan.
Yang absen: Militão, Heisens, Carvajal, Trent Alexander-Arnold, Mendy.
Yang hilang mendadak: Mbappé, yang merasakan sakit sehari sebelum pertandingan.

Alonso tidak punya banyak pilihan:

  • Asensio, gelandang teknis, dipasang mendampingi Rüdiger sebagai bek tengah.
  • Di bangku cadangan ada nama-nama dari akademi: Martínez, Valdepeñas.
  • Di lini serang, absennya Mbappé membuat Gonzalo García menjadi starter.

Ini bukan Madrid kaya bintang. Ini Madrid yang bertahan hidup.


Transformasi City: Gelandang Rebuild Tanpa Rodri

City juga kehilangan banyak gelandang: Rodri, Kovacic, Stones. Tetapi kedalaman skuad — dan perubahan Guardiola ke skema 4-1-4-1 — memungkinkan tim tetap stabil.

Strukturnya:

  • Nico González menjadi satu-satunya pivot.
  • Di depannya, Foden dan Bernardo Silva sebagai pengatur serangan ganda.
  • Untuk kelima kalinya musim ini, Guardiola memakai XI yang sama — indikasi ia menemukan bentuk yang ia cari.

Yang jelas: City datang ke Bernabéu untuk bermain menyerang, bukan bertahan.


Kekacauan Awal: Madrid Hampir Dua Kali Menggigit

Dua menit pertandingan berjalan, Madrid hampir mendapatkan penalti.
Setelah tekanan Bellingham dan García, Vinícius mengambil bola, mengecoh Nunes, dan dilanggar. Turpin menunjuk titik putih — tetapi VAR melihat pelanggaran terjadi di luar kotak penalti.

Tembakan bebas Valverde membentur pemain City dan meluncur hanya beberapa sentimeter dari tiang. City sangat beruntung.

Tidak lama setelah itu, Vinícius kembali mendapat peluang setelah umpan brilian Rodrygo. Bola sudah melewati Donnarumma, tetapi sedikit melenceng. Madrid mengancam — dan sesuai rencana Alonso.


City Mendominasi, tetapi Madrid yang Mencetak Gol

Setelah awal yang buruk, City mengambil alih bola dan memaksa Madrid bertahan dalam. Tetapi dominasi itu tidak berbuah peluang — City terjebak di lini tengah.

Lalu peluang Madrid datang.

Menit ke-28, setelah Bernardo kehilangan bola lagi, Madrid melancarkan serangan balik cepat. Bellingham menemukan Rodrygo, dan sang penyerang menembak di bawah kaki Donnarumma.
Itu adalah gol pertamanya dalam 33 pertandingan.

Bernabéu meledak.


Respons City: Dua Gol dalam Lima Menit

Juara selalu merespons.

1. Gol Penyama Kedudukan dari Sepak Pojok

Guardiol menang duel udara melawan Bellingham, Courtois menepis, tetapi O’Riley menyambar bola muntah.
1–1.

2. Penalti

Lima menit kemudian, Rüdiger melakukan pelanggaran pada Haaland.
Haaland mengeksekusi dengan sempurna.

Dengan kondisi demikian, skor 1–2 saat turun minum adalah keberuntungan besar bagi Madrid.

Madrid goyah.
Courtois harus melakukan double save spektakuler untuk mencegah skor menjadi 1–3 atau 1–4.


Babak Kedua: Pertandingan Meledak ke Dua Arah

Babak kedua berubah menjadi laga terbuka, penuh risiko, dan penuh peluang.

Serangan City Lewat Doku

Doku menemukan ruang bebas berulang kali. Courtois kembali menjadi pahlawan:

  • Menepis tembakan sulit Sherki.
  • Menghalau sepakan melengkung Doku.

Sebuah pertandingan luar biasa dari kiper Belgia itu.

Madrid Tidak Tinggal Diam

Ancaman Madrid datang dari transisi cepat yang diluncurkan Carreras.

  • Bellingham mencoba chip halus — sedikit melebar.
  • Alonso memasukkan Endrick untuk mengejar gol.
  • Pada menit 80, Vinícius mendapat peluang emas di tiang jauh, tetapi gagal mengeksekusi dengan sempurna.

Bernabéu memanas. Skema taktis menghilang. Dua tim sepakat untuk bertarung habis-habisan — bahkan tanpa Mbappé di lapangan.

Di waktu tambahan, Madrid mengepung kotak penalti City, tetapi tanpa hasil.


Haruskah Alonso Tertekan? Jelas Tidak.

Hasil akhir: Real Madrid 1–2 Manchester City.
Namun ini bukan jenis kekalahan yang pantas membuat Alonso dipecat.

Madrid versi Alonso:

  • Menciptakan banyak peluang berbahaya melawan tim elit.
  • Tetap punya struktur meski kehilangan hampir seluruh lini belakang.
  • Bermain berani dan punya identitas jelas.
  • Menunjukkan bahwa ketika skuad lengkap, level tim ini sangat tinggi.

Rumor ultimatum “menang atau dipecat” tidak masuk akal.
Alonso membangun sesuatu yang nyata — hanya butuh waktu.


Lima Klub Sudah Mengamankan Tempat di Play-off Liga Champions

Setelah Matchday 6 fase liga Liga Champions, lima tim pertama yang memastikan tempat di babak gugur adalah:

  • Arsenal
  • Bayern Munich
  • Paris Saint-Germain
  • Manchester City
  • Atalanta

Kelima tim ini minimal akan bermain di babak play-off (1/16 final).

Matchday 7 dan 8 akan berlangsung pada Januari 2026.
Tim yang finis di posisi 1–8 akan lolos langsung ke babak 16 besar, sementara 16 tim berikutnya akan bertanding di babak play-off.

Share this post

Related posts